Panorama

Gunung menjulang rimba membentang
Hari Esok adalah kepedulian kita hari ini
sudahkah kita peduli ?

Marhaban Ahlan Wasahlan

Selamat datang di halaman rumah mayaku
ketuklah pintu lalu senyum, ucapkan salam lalu nikmati setetes embun pencerahan ini. hanya satu harapan semoga manfaat

Laman

Kamis, 17 September 2020

Tantangan Diri (tugas 1)

Kursus Pelatih Dasar dan Tantangan Diri 

Oleh : Muhammad Fadeli 
cak_deli@yahoo.co.id 

Salam Pramuka Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan di Indonesia mengalami dinamika sesuai dengan fenomena yang berkembang tentu tidak terlepas dari prinsip-prinsip dasar yang ditetapkan. Secara filosifis Gerakan Pramuka bukan merupakan tujuan akan tetapi merupakan alat bagian dari kompnen bangsa lain dalam membentuk karakter generasi muda. Disinilah Gerakan Pramuka telah hadir bahkan telah mampu menjadi garda depan pembentukan watak karakter generasi muda dengan sistim amongnya. Secara pribadi penulis dapat merasakan bagaimana Gerakan Pramuka telah membentuk karakter diri tidak terasa nilai-nilai Pramuka telah mewarnai perilaku sehari-hari dimanapun, kapanpun sebagai apapun. 

Transisi dari menjadi peserta didik lalu menjadi anggota dewasa atau pembina dan kini sedang berproses menjadi Pelatih adalah dinamika yang harus dilalui. Bahwa apakah perjalanan ini merupakan panggilan jiwa, ataukah menuruti kemauan ego saja ?, penulis belum mampu mendiskripsikan perjalanan ini. Penulis merasa bersyukur telah “dimaukan” Tuhan mengikuti proses ini dan semoga menjadi bagian dari ibadah, itulah sasaran yang ingin penulis capai. KPD adalah bagian kecil untuk memproses diri menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat. Menjadi Pelatih bukan tujuan akan tetapi merupakan alat atau sarana menjadi manusia lebih baik dimaksud. Jika ada pertanyaan, modal kemampuan apa yang dimiliki untuk mengikuti Kursus Pelatih Dasar atau KPD maka jawabnya adalah modal kemauan, tentu penulis tidak berani mengklaim bahwa atas kemauan sendiri. Tuhan telah menggerakaan hati nurani penulis “dimaukan” mengikuti proses ini, tentu penulis akan berusaha sekuat mungkin mengikuti proses KPD ditengah keterbatasan-keterbatasan kondisi dan waktu. 

 Bentuk-bentuk usaha berproses dalam KPD adalah berusaha fokus dalam kepelatihan, menjadi pendengar dan penyimak yang baik, berusaha bertanggungjawab terhadap tugas, menekan ego dalam kelompok. Karena tidak mudah memegang predikat Pelatih karena jika predikat pelatih menjadi kebanggan baru maka selesailah sudah pengabdian di Gerakan Pramuka karena predikat pelatih menjadi ego ke”aku”an. Penulis sebagai peserta KPD dari Kwarcab Sidoarjo akan berusaha mengikuti proses pelatihan sebaik-baiknya, hasilnya lulus atau tidak dalam pelatihan itu persoalan lain, karena hasil tidak terlepas dari niat dan proses. Salam sehat semoga bermanfaat. 

Salam Pramuka 

Penulis adalah Peserta KPD Pelangi Nusantara Kwarda Jatim 2020 
Kelompok D Cluster Kwarcab Sidoarjo 

Sumber bacaan : Materi “ Fundamental Gerakan Pramuka” oleh Kak Suyatno 
SK Kwarnas No.048 Tahun 2018
PENGEMBANGAN DIRI DITENGAH PANDEMI SOSOK CALON PELATIH 

 Oleh : Muhammad Fadeli cak_deli@yahoo.co.id 

 Pendahuluan 

Pandemi covid 19 menjadi fenoma baru dalam kehidupan berbangsa bernegara serta bermasyarakat. Berpengaruh langsung terhadap kehidupan ekonomi, politik, beragama maupun pendidikan. Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya pendidikan kepanduan di Indonesia terdampak langsung pada kegaiatan pengembangan sumber daya manusia termasuk pengembangan pendidikan dan pelatihan. Secara esensial diatur dalam AD/ART Gerakan Pramuka hasil Munas Tahun 2018, tertuang dalam SK Kwarnas Nomor : 047 Tahun 2018 tentang Pedoman Anggota Dewasa Gerakan Pramuka dan SK Kwarnas Nomor : 048 Tahun 2018 tentang Sistim Pendidikan dan Pelatihan Pramuka. Anggota Dewasa yang tergabung dalam Pelatih menjadi garda depan dalam pengembangan Gerakan Pramuka kususnya bagi pembina sebagai tenaga pendidik seperti pembina, pelatih, pamong saka, isntruktur SAKA. 

Terkait hal kami sebagai calon Pelatih harus mau dan mampu dalam pengembangan diri artinya harus mengikuti fenomena dan kebaharuan di masyarakat. Trnasformasi Pelatih Kemampuan dan penguasaan norma-norma Pramuka yang diatur dalam AD/ART serta Surat Keputusan Kwarnas menjadi pedoman wajib bagi seorang Pelatih, dibutuhkan juga ketrampilan lain yang menunjang misalnya model-model pembelajaran, teknik komunikasi serta bagaimana memotivasi. Sebagai calon pelatih harus adaptif terhadap perkembangan itu masalahnya kita banyak memiliki keterbatasan-keterbatasan. Untuk itu dibutuhkan sikap terbuka, komunikatif kepada apa dan siapa tanpa memandang darimana dan dari siapa. 

Transisi dari seorang Pembina ke level Pelatih membutuhkan transformasi secara fundamental mental moral dan emosional,maka yang harus dilakukan adalah meletakkan semua ego pribadi. Menyadari kapan kita berperilaku sebagai pembina kapan kita berperilkau sebagai pelatih, pendekatan kontekstualisasi isi materi dan model komunikasi menjadi kunci utama keberhasilan transisi dari peran sebagai pembina dan pelatih. 

Ditengah pandemi covid 19 bukan menjadi penghalang bagi kami calon pelatih untuk mengembangkan diri maka dari itu dituntut untu menguasai informasi teknologi dan media sosial. Pelatih dalam berperan sebagai komunikator harus mampu menjadi aktor yang komunikatif menguasai unsur-unsur komunikasi yang efektif. Yaitu memiliki ketrampilan dalam berbicara didepan umum, mampu menggunakan pesan-pesan verbal maupun non verbal. Mampu memanfaatkan teknologi informasi dalam penyampaian pesan, mampu menggunakan aplikasi-aplikasi internet dan media sosial sebagai media komunikasi. Pelatih juga harus mampu mengidentifikasi komunikan baik dari segi latar belakang pendidikan, golongan Pembina Pramuka, karakteristik budaya. Sehingga pada intinya pelatih menjadi seorang komunikator yang efektif dimana pesan-pesan dapat dipahami oleh komunikan mutual of understanding. 

Harapannya proses transformasi yang diberikan sorang pelatih kepada pembina dapat berjalan efektif melalui proses komunikasi egaliter, tanpa dibatasi ego sektoral masing-masing pihak. Hal ini akan menunjang tugas utama seorang pelatih dalam melatih pembina Pramuka. Sehingga menghasilkan seorang pembina Pramuka yang memiliki kompetensi dan nilai-nilai moral yang tinggi yang suka rela mengabdikan diri kepada Gerakan Pramuka kususnya, bangsa dan negara umumnya. 

Simpulan 
Maju mundurnya bangsa ini dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia, oleh karena itu diperlukan program penguatan. Gerakan Pramuka harus hadir ditengah masyarakat berperan aktif dalam Program penguatan SDM yang unggul. Kursus dan pelatihan bagi seorang pembina adalah instrumen penting Gerakan Pramuka dalam meningkatkan kualitas SDM. Ditengah pandemi inovasi model kepelatihan sangat dibutuhkan tanpa mengurangi subtansi dan esensi. Para pembina harus mau dan mampu menyesuaiakan kondisi. Semangat belajar harus dilandasi dalam mengabdi untuk berperan aktif membangun SDM masyarakat lebih baik. Sesuai UU RI No.12 Tahun 2020 bahwa Gerakan Pramuka adalah membentuk setiap anggota Pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertaqwa dan berahlaq mulia, berjiwa patrotik taat hukum, menjunjung tinggi nilai luhur bangsa. Penulis berpendapat hakikat kursus, pelatihan adalah komunikasi. Sedangkan subtansi komunikasi adalah keterbukaan artinya anatara komunikator pengirim pesan dan komunikan penerima pesan meletakkan pesan sebagai sarana untuk saling memahami. Pelatih maupun pembina harus menyadari dalam suatu proses komunikasi seorang berperan sebagai komunikator juga sebagai komunikan sirkuler. Bahwa sosok anggota dewasa Gerakan Pramuka baik menjadi pembina maupun pelatih yang baik adalah komunikator yang efektif dan solutif ditengah pandemi. 

Penulis adalah : Peserta KPD Pelangi Nusantara Kwarda Jatim 
Kelompok D Bung Tomo 
Cluster Kwarcab Sidoarjo

Best Practice

Spirit Gerakan Pramuka di Tengah Pilkada 

Oleh : M. Fadeli 
Cak_deli@yahoo.co.id 

Desemeber tahun 2020 berbagai Kabupaten Kota akan menyelenggarakan Pilkada, termasuk Kabupaten Sidoarjo. Ditahun Politik ini posisi gerakan Pramuka menjadi tarik menarik kepentingan politik praktis. Sesuai khittahnya Gerakan Pramuka harus tetap independen karena Pramuka memang bukan organisasi politik atau berafiliasi dengen kepentingan politik manapun. Namun demikian bukan berarti Pramuka alergi terhadap kegiatan politik praktis. Secara individual anggota Pramuka memiliki hak politik untuk memilih dan mencalonkan diri, asalkan tidak membawa bendera Pramuka. Masalahnya bagaimana Pramuka tetap dapat menggunakan hak politiknya tanpa mencampuradukkan kepentintingan politik praktis ? hal ini perlu pendidikan politik yang elegan dan bermartabat bagi anggota Gerakan Pramuka. 

Peserta didik pramuka kususnya Penegak yang usianya anatara 17 hingga 20 tahun adalah kategori kelompok pemilih pemula. Seringkali pemilih pemula ini banyak dimanfaatkan oleh kepentingan politik untuk dukung mendukung. Karena secara pemahaman politik usia Penegak belumlah menguasai. Pendidikan politik bagi Penegak dalam hal ini menjadi penting agar tidak dimobilisir kekuatan politik tertentu. Bagi Peserta didik Penegak kebutuhan akan literasi pendidikan politik praktis akan sangat penting, karena usia Penegak akan menentukan tampuk kepemimpianan lima tahun mendatang. 

Pendidikan Politik Penagak 
Peran Gugus Depan dalam pendidikan politik bagi peserta didik Penegak sangatlah strategis. Kontribusi Pramuka Untuk mewujudkan pesta demokrasi yang sesuai dengan harapan, Gugus Depan mempunyai peranan penting melalui pendidikan politik bagi Penegak. 

Pendidikan politik di Gugus Depan dapat diberikan melalui pendidikan pemilih (voters education) bagi 
Penegak sebagai pemilih pemula yang memiliki jumlah sangat signifikan dalam kegiatan pemilihan. Pemilih pemula pada dasarnya memiliki pemikiran yang sangat dinamis. Masih belum memiliki pondasi yang kuat, hal ini terjadi karena pemilih pemula masuk dalam kategori anak remaja. Anak remaja pada dasarnya memiliki pola yang kurang kuat karena masih banyak yang mencari bentuk yang sesuai dengan dinamika yang sedang berkembang sekarang ini Pendidikan pemilih/politik memiliki peranan yang sangat penting dalam membangkitkan kesadaran dan daya kritis Penegak tentang hak pilihnya, sehingga Peserta didik Penegak memiliki pemahaman akan pelaksanaan pemilu/pilkada yang merupakan bagian dari proses demokrasi yang dilakukan dengan sepenuh hati. Dengan begitu, siapa pun yang menduduki kursi kepemimpinan adalah mereka yang benar-benar berkualitas, memiliki integritas tinggi, jujur, adil, amanah, dan terhindar dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. 

Selain itu, pendidikan politik merupakan metode preventif yang cukup untuk politik uang dan kekerasan politik. Sosialisasi politik dalam latihan di Gugus Depan merupakan salah satu bentuk pendidikan politik. Diharapkan dengan adanya pendidikan politik di Gugus Depan semua komponen masyarakat yang akan menyelenggarakan pilkada bisa saling bekerjasama untuk menciptakan kondisi yang demokratis dan penuh dengan penuh dengan tanggungjawab. 

Peran Gugus Depan 
Model pembinaan di dalam gugus depan dilakukan secara terus menerus oleh anggota dewasa terhadap peserta didik, dengan menggunakan sistem among, prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, perkembangan dan kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara. Pembinaan pramuka penegak sebagai inti keanggotaan di gugus depan yang berpangkalan di Sekolah merupakan proses pendidikan dan pembinaan kepribadian, watak, pengetahuan, keterampilan, ketangkasan, kesehatan, kesegaran jasmani, kepemimpinan sehingga dapat hidup mandiri, bertanggungjawab, peduli, dan taat asas. Pola pembinaan pramuka penegak meliputi bina diri, bina satuan, dan bina masyarakat, melalui sistim among. 

Dalam hal ini peran orang dewasa atau Pembina satuan sangat penting. Sistim Among adalah proses pendidikan yang dilaksanakan dalam bentuk hubungan khas antara peserta didik dengan pendidiknya. Sistem Among dalam Pramuka, menciptakan hubungan pendidik pembina pramuka) yang memberikan kebebasan kepada peserta didik Penegak untuk dapat bergerak dan bertindak dengan leluasa dan menghidari paksaan, guna mengembangkan kemandirian, percaya diri, dan kreatifitas sesuai aspirasi peserta didik. Kata "among" sendiri berasal dari bahasa Jawa yaitu "mong", "momong" atau "ngemong", yang mempunyai arti mengasuh atau membimbing. Dalam hal ini seorang pembina satuan Penegak bersifat fasilitator pendampingan penegak dalam menentukan hak pilihnya, tidak memaksakan kehendak dengan memilih salah satu partai atau pasangan Bupati Wakil Bupati. 

Tahapan Sistem Among dalam pendidikan Politik kepada peserta didik Penegak adalah dilaksanakan dengan menerapkan prinsip kepemimpinan yang harus dipraktekkan oleh Pembina Pramuka. Prinsip-prinsip kepemimpinan itu terdiri atas ing ngarsa sung tuladha yang memiliki maksud di depan menjadi teladan, pembina harus memberikan contoh yang baik dalam menggunakan hak politiknya. ing madya mangun karsa yang memiliki maksud di tengah membangun kemauan, artinya pembina mendorong pada para penegak untuk tidak Golput, mampu menggunakan hak warga negara dalam menentukan hak politiknya. tut wuri handayani yang memiliki maksud di belakang memberi dorongan dan pengaruh yang baik ke arah kemandirian, artinya peserta didik Penegak diberikan kebebasan akan tetapi bertanggungjawab terhadap pilihannya. Oleh kerana itu diberikan literasi politik praktis bahwa perbedaan pilihan itu biasa harus dibingkai kepentingan Bangsa yang demokratis, adil dan beradap. 

Kesimpulan 
Sesuai dengan lambang gerakan pramuka, yaitu nyiur atau kelapa, yang merupakan tumbuhan yang bisa tumbuh dimana saja, pramuka dapat membantu peserta didik untuk mudah beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan sekelilingnya, apapun pilihan politiknya. Pemahaman kebebasan berpolitik berserikat berkumpul bagi peserta didik Penegak akan berkontribusi menciptakan kontestasi Pilkada damai. Dewasa ini kita sering melihat begitu rendahnya rasa tanggung jawab generasi muda, yang tampak dari kebiasaan mereka untuk tidak berpikir panjang, tidak berani berpendapat, bahkan berani berbohong untuk menghindar dari hukuman. Tentu sikap-sikap ini sangat buruk bagi perkembangan karakter bangsa kita. Peran anggota Dewasa atau Pembina di Gugus depan untuk mengajarkan peserta didiknya untuk menjadi sosok yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya dalam kontestasi Pilkada dan tidak mudah dimobilisasi kekuatan politik tertentu. Semoga. 

Penulis adalah Peserta KPD Kwarda Jatim Tahun 2020 
Cluster Kwarcab Sidoarjo

Rabu, 05 Desember 2012


Pelestarian Sumber Air Melalui Konservasi Bambu

Berangkat dari sebuah kepedulian terhadap merosotnya  nilai-nilai manfaat  alam, degradasi fungsi hutan membangkitkan rasa prihatin. Nilai manfaat dari kawasan konservasi sangat beragam, mulai dari manfaat langsung maupun tidak langsung. Manfaat untuk kepentingan ilmu  pengetahuan sangat besar, seperti riset obat-obatan, sumber pangan baru, biologi ekologi, iklim, farmakologi etnobotani, hama dan penyakit, sumber daya genetik  flora fauna untuk generasi mendatang, teknologi penangkaran, dan lain sebagainya. Dari semua peran yang disandang oleh kawasan konservasi ”air” merupakan manfaat nyata yang sangat penting, baik untuk konsumsi masyarakat langsung, pengairan sawah dan sebagainya. Kawasan konservasi merupakan ”pabrik air”.
Desa Kembangbelor memiliki karakteristik daerahnya merupakan wilayah yang berbatasan dengan kawasan suaka alam maupun kawasan pelestarian alam, baik sebagai kawasan hutan lain, tanah negara maupun tanah yang dibebani hak, yang diperlukan dan mampu menjaga keutuhan suaka alam dan kawasan pelestarian alam. Di dalam kawasan konservasi tersebut terdapat sumber air “Jubel” dan Sumber “Ngasat” yang mengaliri wilayah kecamatan Pacet, dimanfaatkan diwilayah kabupaten Mojokerto bahkan konon dulu pernah mengalir sampai Surabaya. Sejak era reformasi tahun 1998 terjadi perambahan hutan secara besar-besaran oleh penduduk. Akibatnya kini banyak kawasan konservasi yang terbuka, 65 % tanaman pokok hilang. Akibat berikutnya dalah setiap tahun dimusim kemarau debit air menurun.
Sebagai desa yang terletak di kawasan penyangga konservasi Desa Kembangbelor mempunyai fungsi yang sangat penting, yaitu bagaimana  mengurangi tekanan penduduk ke dalam kawasan pelestarian dan suaka alam. memberikan kegiatan ekonomi masyarakat dan merupakan kawasan yang memungkinkan adanya interaksi manfaat secara berkelanjutan bagi masyarakat dengan kawasan konservasi.
Untuk mewujudkan penyelamatan sumber air di Desa Kembangbelor dilakukan dengan menanam bambo di kawasan penyangga kususnya di areal kemiringan dan daerah aliran sungai. Mengapa harus dengan konservasi bambo ?, karena bamboo memiliki nilai manfaat yang luar biasa diantaranya akarnya yang kuat untuk menahan laju erosi pada tebing sungai dan lereng gunung sehingga menghindari longsor, Sebagai media penyimpan air yang baik sehingga dapat menjaga kelangsungan sumber air, 35% lebih banyak menghasilkan O2 dibandingkan dengan tanaman lain.
Oleh karena itu pembangunan kawasan konservasi hutan bambu, di daerah penyangga, diharapkan menambah nilai manfaat terhadap stabilitas lahan maupun manfaat ekonomi. Untuk mewujudkan hal tersebut melalui Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Ubhara Surabaya bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sekitar kawasan penyangga konservasi, agar masyarakat memiliki kepedulian dan partisipasi aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan konservasi bambu.

Oleh : M.Fadeli
Peraih Hibah KKN-PPM Dirjen Dikti Kemendikbud 2012

Kamis, 01 Desember 2011

Menauladani Semangat Pahlawan Bangsa
Oleh : M. Fadeli

Refleksi hari Pahlawan 10 Nopember diberbagai kesempatan di tanah air dimaksudkan agar generasi muda tidak melupakan jasa-jasa para pahlawan. Walaupun kita yakin para pahlawan tidak ingin semata perjuangannya kemudian dihargai dalam bentuk-bentuk simbolik gelar pahlawan, monumen-monumen dan lain sebagainya. Bentuk penghargaan yang lebih substantif, esensial adalah meneruskan perjuangannya dalam membela kepentingan orang bannyak, mendedikasikan potensi dirinya untuk bangsa dan negara.
Dewasa ini telah banyak terjadi distorsi makna kepahlawanan, sosok pahlawan digambarkan dalam buku-buku sejarah sebagai sosok pembela kebenaran, pejuang kepentingan rakyat. Jiwa raga menjadi taruhan dengan latar belakang tanpa pamrih, andaikan ada pamrih pasti pamrih atas kepentingan di jalan Tuhan, dalam bahasa agama disebut lillahitaala. Semangat kepahlawanan disimbolkan dengan perjuangan arek-arek Suroboyo kala itu. Telah menjadi catatan sejarah, sedemikian heroiknya arek-arek Suroboyo membela harkat martabat bangsanya.
Akan tetapi kini makna kepahlawanan banyak terkikis oleh kepengtingan bersifat pragmatis, hedonis. banyak kita saksikan tayangan berbagai media massa di beberapa entitas pelajar, menjadi pahlawan dengan berjuang membela teman di sekolahnya, meskipun harus beradu fisik alias tawuran. Dalam komunitas yang lain, pahlawan adalah mereka yang siap bertarung dengan rekan sekampus lainnya demi gengsi fakultas. Atau bisa jadi, pahlawan adalah mereka yang hidup layak berkecukupan, meskipun untuk menggapainya tak segan sikut kanan maupun kiri, korupsi sana, korupsi sini. Atau mereka yang berjuang demi rakyat (katanya) padahal tidak lebih untuk kepentingan partainya, kelompoknya dan lain sebagainya.
Semangat perjuangan arek-arek suroboyo melawan penjajah tidak mampu menginspirasi warga kota ini. Semangat kepedulian sosial terhadap sesama semakin luntur, bahkan memasang bendera disaat hari Pahlawan saja sudah jarang. Fakta ini menunjukkan semangat dan nilai-nilai kepahlawanan telah menjadi barang mahal dalam keseharian kita. Secara ekstrim bisa dikatakan hampir tidak menemukan sosok pahlawan di era modern.
Para pahlawan kusuma bangsa telah gugur atau sudah udzur akan tetapi semangantanya tidak boleh gugur maupun udzur. Kusunya ketauladanan dari para pemimpin bangsa sulit untuk dihadirkan dalam sebuah kehidupan nyata. Ketauladanan pahlawan hanya sebatas dalam dunia abstrak di buku-buku sejarah. Para pemimpin hanya pandai mencontohkan perjuangan meraih dan melanggengkan kekuasaannya sendiri. Sedangkan kita sebagai rakyat, tidak mampu menjadi inisiator keteladanan tersebut. Kondisi paradoks juga tergambar jelas kondisi para pejuang pahlawan kemerdekaan maupun para janda pahlawan yang jauh dari hidup layak. Para veteran maupun janda veteran yang berjuang di garis depan kini banyak tereliminasi oleh kemerdekaan yang perjuangannya.
Kita yakin bahwa para pahlawan yang mendahului kita tidak berharap dihargai atau dijuluki sebagai pahlawan. Sebab para pahlawan yang berjuang baik di medan perang maupun medan politik berjuang dengan setulus hati tanpa mengharapkan imbalan. Sebagai generasi penerus memang wajar jika kemudian pemerintah memberikan gelar pahlawan sebagai bentuk penghargaan atas jasa-jasanya terhadap Republik ini. Kini yang terpenting adalah bagaimana bangsa ini menauladani pengorbanan para pahlawan itu. Tidak sekadar secara simbolik menganugerahi pahlawan sebab yang terpenting adalah meneruskan semangat perjuangannya.
Ketidakmampuan bangsa ini mewarisi jiwa semangat kepahlawanan berarti bencana telah menanti. Berbahaya jika suatu bangsa telah terkikis nilai-nilai, semangat kepahlawanan, nasionalisme dan pengorbanannya. Adalah indikasi bangsa ini semakin kehilangan jati dirinya berupa kesetiakawanan sosial, cenderung egois dan individualis seperti yang banyak dicontohkan kehidupan orang-orang barat.
Sosok pahlawan tidak lahir begitu saja akan tetapi melalui seleksi alam dijamannya. Seseorang akan menjadi pahlawan jika telah melakukan perubahan, atau setidaknya membantu terwujudnya perubahan ke arah yang lebih baik. Ciri-ciri jiwa kepahlawanan adalah memiliki jiwa patriot dan nasionalisme yang tinggi. Patriotisme adalah dalam pengertian sikap yang berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan negara. Patriotisme berasal dari kata "patriot" dan "isme" yang berarti sifat kepahlawanan atau jiwa pahlawan, atau "heroism" dan "patriotism" dalam bahasa Inggris. Pengorbanan ini dapat berupa pengorbanan harta benda maupun jiwa raga.
Secara umum kita memang sedang menghadapi persoalan cukup serius terutama kepedulian generasi muda terhadap bela Negara, sikap cinta tanah air atau nasionalisme. Sejalan dengan arus modernisasi, globalisasi berdampak pada sikap permisive, hedonis, pragmatis melanda kalangan generasi muda. Kekayaan budaya lokal terpasung oleh arus budaya asing yang dibawa media massa. Hal ini didukung tayangan televisi seakan menggambarkan kehidupan yang mapan damai sejahtera yang justru meninabobokan.
Berbicara mengenai sikap patriotisme yang dijiawi semangat kepahlawanan tidak lepas dari peran pendidikan sebagai agen of change, dimana melalui proses pembelajaran tertanam nilai-nilai nasionalisme, kebangsaan cinta tanah air. Namun masalahnya adalah pendidikan saat ini menuai berbagai kritik tajam karena ketidakmampuannya dalam menanggulangi berbagai isu penting dalam kehidupan masyarakat. Banyak masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan berbangsa bernegara tidak dapat terpecahkan karena disebabkan tidak adanya dealektika antara proses pembelajaran dengan problem sosial. Bahkan yang agak ekstrim pendidikan kita bagai menara gading yang tidak sejalan fenomena sosial lingkungannya.

Selasa, 30 Maret 2010

TOPENG

TOPENG
* Oleh. Em Fadli


Suatu ketika sang calon Presiden mendatangi para Korban kebakaran, dengan mimik sedih dan kalimat-kalimat yang bersahaja menitikkan air mata, sang calon presiden menunjukkan rasa keprihatinan dan serasa ikut merasakan penderitaan itu. lalu merogo kantongnya dan memberikan sejumlah uang kepada para korban
Besok paginya peristiwa mengharukan itu di blow up oleh seluruh media cetak maupun elektronik dan menjadi Head Line koran, TV. Bagi sosok sang calon Presdien Peristiwa itu akan menaikkan citra, menunjukkan bahwa Calon Presiden sangat peduli dengan rakyatnya. Dan sangat baik merebut simpati para pemilih pada Pemilu yang akan datang.
Peristiwa yang lain, seorang Panglima perang melepas pasukannya tugas di daerah konflik bersenjata dengan kalimat-kalimat yang tegas dan wajah penuh semangat, suasana heroik sebagai motifasi dorongan moral yang baik bagi pasukan menuju perang karena belum tentu kembali dalam kedaan selamat.
Itulah pentingnya bagaimana seorang Pemimpin bermain peran dalam kondisi, suasana apapun, baik dalam keadaan sedih, gembira harus meletakkan diri secara tepat,
Kita tahu bahwa setiap manusia dilahirkan di dunia dengan berbagai macam perbedaan, keberagaman genetika, suku, agama, ras, golongan, selera dll.salah faktor terberat seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya adalah bagaimana memuaskan akan keberagaman itu.
Tugas itu akan lebih ringan ketika pemimpin dapat berkomunikasi dengan lapisan/strata masyarakat manapun, oleh karena itu dibutuhkan “Topeng”, agar terjadi kesamaan makna.
“Hidup ini adalah sandiwara” pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa menjadi aktor/aktris yang baik dalam melakoni skenario yang diberikan sang Sutradara yaitu Alloh SWT. Ketika kita ditakdirkan oleh Alloh SWT berperan memegang amanah menjadi PEMIMPIN, suka atau tidak suka mau atau tidak mau harus kita jalankan dengan benar dan penuh amanah artinya dapat kita pertanggungjawabkan kelak nanti.
Dalam arti luas “panggung pertunjukan” adalah kehidupan ini, yang setiap orang berperan berbeda-beda ada yang memimpin ada yang dipimpin. Dan jabatan pemimpin pasti akan menempel di pundak minimal pemimpin dalam keluarga, atau siapa tahu akan lahir pemimpin bangsa dari forum ini ? amin.
Oleh karena itu sorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya pada level dan strata apapun harus mau dan mampu MENGUNAKAN TOPENG. Dalam arti sempit Topeng merupakan bagian penting dari status yang kita perankan.
Apa itu topeng ? topeng adalah ekspresi kita. Dimana kita saat menggunakan topeng dan kapan waktunya yang tepat, ketrampilan menggunakan topeng mutlak harus dimiliki seorang pemimpin, karena masyarakat yang kita pimpin selalu mengharapkan kita tampil dalam keadaan ideal.
Para Dokter belajar menggunakan Topeng di hadapan para pasien, para pengacara menggunakan topeng bila berada dalam suatu sidang pengadilan. Semakin tinggi kita menaiki tangga jabatan, maka topeng/kedok akan akan menjadi semakin berperan. Bentuk topeng yang paling sederhana adalah tampil dengan wajah yang tidak memihak. Jadi ekspresi adalah sebuah alat penopengan yang lebih baik.
Kesimpulannya adalah seorang pemimpin harus mampu memanfaatkan potensi fisik, suaranya dalam memerankan tugas memimpin. Sekali saja kita keliru mengolah tinggi rendahnya suara, menampakkan mimik yang tak tepat maka masyarakat akan menilai lain/negatif.
Agar pesan yang kita sampaikan kepada yang kita pimpin dapat diterima dengan baik maka kita harus mengatur fokal dan mimik kita dengan baik.
Selamat mencoba.