Delete situs porno
Oleh : M. Fadeli
Dosen Ilmu Komunikasi Fisip Univ.Bhayangkara Surabaya
Cak_deli@yahoo.co.id
Ditengah pro kontra pemblokiran situs-situs porno di internet oleh pemerintah, perlu kiranya kita lebih jernih mensikapinya. Sebab jika berlebihan jangan-jangan situs porno atau fim-film porno semakin laris manis. Konon ada sekitar 1.100 situs porno lokal yang diproduksi anak negeri. Pemfilteran situs-situs porno memang harus dilakukan agar tidak bisa diakses semua orang. Karena selama ini siapapun bisa mengakses dengan mudah mulai dari anak di bawah umur sampai kakek-kakek. Hal ini diindikasikan sebagai salah satu kontribusi negative terhadap penyimpangan perilaku remaja. Walaupun belum ada riset yang membuktikan dampak situs porno mengancam kerusakan moral anak bangsa. Akan tetapi hasil riset yang dilakukan di skotlandia menjadi peringatan bagi bangsa Indonesia. Seperti yang di lansir Kompas.com (28/4) menyatakan bahwa akses pornografi internet di kalangan ABG telah memicu tren hilangnya keperjakaan dan kegadisan di usia muda.
Terlalu dini jika kita berasumsi bahwa intensitas remaja mengakses situs porno berpengaruh terhadap tindak pemerkosaan belakangan ini. Semisal pemerkosaan kakak terhadap adik kandung, adegan mesum anak-anak SMA, kecenderungan meningkatnya produk video porno siswa SMP dan banyak yang lain ?. Dengan alasan demi kebebasan, hak asasi manusia atau apapun alasan lainnya hal itu tidak patut sebagai dasar pembenar mempertahankan keberadaan situs porno di internet. Tidak ada satupun pengalaman empiric yang bisa menjadi dasar bahwa situs porno telah menjadi pelajaran positif dalam membentuk karakter anak bangsa.
Disadari bahwa masih banyak penayangan yang mengarah pornografi di media cetak, dan porno aksi di media elektronik. Satu sisi upaya mengeliminir pornografi juga porno aksi di media cetak dan elektronik harus didukung. Disisi lain yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana merelokalisir atau bahkan mendelet situs porno yang bersarang di otak kita. Sebab tanpa melihat situs porno pun jika di dalam otak kita telah bersarang virus porno maka melihat yang tidak pornopun bisa menjadi porno.
Kedua sungguh tidak bijak jika upaya pemblokiran situs porno tidak dibarengi penyediaan situs-situs lain yang dibutuhkan masyarakat sesuai batasan umur, segmentasi maupun kebutuhan dalam pengembangan iptek. Disamping upaya pemblokiran situs porno, pemerintah harus merangsang lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta, NGO, perorangan untuk membuka situs-situs, blog-blog yang memiliki konten mendidik. Sehingga semakin banyak alternative situs-situs yang bernilai guna kiranya.
Ketiga disamping upaya represif pemblokiran situs porno oleh pemerintah juga harus dilakukan upaya prefentif dengan merangsang lembaga-lembaga atau perorangan untuk membuka situs yang memiliki konten mendidik. Sehingga semakin banyak alternative untuk mengakses situs-situs yang bermanfaat.
Panorama
Gunung menjulang rimba membentang
Hari Esok adalah kepedulian kita hari ini
sudahkah kita peduli ?
Hari Esok adalah kepedulian kita hari ini
sudahkah kita peduli ?
Marhaban Ahlan Wasahlan
Selamat datang di halaman rumah mayaku
ketuklah pintu lalu senyum, ucapkan salam lalu nikmati setetes embun pencerahan ini. hanya satu harapan semoga manfaat
ketuklah pintu lalu senyum, ucapkan salam lalu nikmati setetes embun pencerahan ini. hanya satu harapan semoga manfaat
Laman
Jumat, 23 Mei 2008
budaya mencontek
Bangkit dari Budaya Mencontek
Oleh :
M. Fadeli
Dosen Komunikasi Fisip Ubhara Surabaya
cak_deli@yahoo.co.id
Salah satu indikator penyimpangan pelaksanaan ujian akhir proses pembelajaran pada level SD/MI, SMP/MTs, hingga SMA/MA/SMK adalah pertama dilatarbelakangi sebuah sistim evaluasi yang hanya bermuatan kognitif. Kedua pengangungan nilai-nilai ijazah ukuran keberhasilan dalam proses pembelajaran hanya tertumpu pada angka-angka. Dan ketiga adanya stigma di masyarakat bahwa seseorang dikatakan cerdas, pintar jika nilai-nilai raport, ijazahnya tinggi. Oleh karena itu para pengajar, murid bahkan orang tua berlomba-lomba mengupayakan bagaimana anaknya memperoleh nilai tinggi.
Aktifitas menyimpang dalam proses ujian akhir adalah mencontek. Mencontek di tengah masyarakat kita sudah sangat populer, mulai dari pelajar SD, SMP, hingga SMA atau bahkan Perguruan tinggi. Beberapa farian mencontek kita kenal dari yang tersembunyi hingga yang blak-blakan misalnya membuat catatan kecil, melirik pekerjaan teman,tukar menukar jawaban bahkan di era teknologi ini mencontek melalui SMS antar Handphone. Dalam praktek sehari-hari mencontek seakan-akan menjadi sesuatu yang lumrah padahal perbuatan menyontek mendidik perilaku tidak fair. Dikawatirkan sikap mencontek oleh para pelajar dikemudian hari merembes pada sikap tidak mandiri, plagiat, copy paste, menjiplak karya orang dan lain-lain.
Berkaca pada pelaksanaan Ujian Nasional (UNAS) SMP, SMA yang konon merupakan alat ukur peningkatan pendidikan di Indonesia dari tahun ke tahun masih diliputi bau tak sedap kecurangan, baik dilakukan oknum antar murid, oknum guru atau bantuan joki. Setiap tahun selalu ada saja pemberitaan di media massa aksi curang dalam pelaksanaan UNAS. Jika mau jujur pelaksanaan UNAS SMA, SMP yang telah dilaksanakan syarat dengan aksi contek – mencontek yang terselubung.
Indikasi kecurangan dalam pelaksanaan UNAS SMP maupun SMA sebenarnya bukan menjadi rahasia umum lagi, setiap tahun selalu terjadi sepertinya sudah menjadi bahaya “laten”. Menjalar diantara elemen penyelenggara UNAS baik pada lefel pengambil kebijakan hingga pelaksana di lapangan bersinergi agar siswanya lulus 100 persen. Bahkan lebih ekstrim lagi semakin tinggi standart kelulusan semakin tinggi pula angka kecurangan. Jika hal ini berlangsung terus apakah pemerintah masih ngotot menyelenggarakan UNAS, apakah tidak hanya buang-buang duit saja ?.
Bahkan pelaksanaan Ujian Akhir Sekolah Berstandart Nasional (UASBN) bagi siswa SD/MI yang nota bene tidak menentukan kelulusanpun masih diwarnai aksi kecurangan. Seperti yang ditemukan di salah satu sekolahan di kecamatan Bulak Surabaya, dimana telah diketemukan kunci jawaban mata pelajaran Matematika (surya/14/5).
Faktor pendewaan nilai oleh murid, para guru, orang tua maupun masyarakat pada umumnya menyebabkan meningkatnya praktek menyontek. Ironisnya jika ada siswa yang tidak membantu memberikan contekan malah dikucilkan dan jika ada guru yang tidak menfasilitasi aksi percontekan malah dianggap tidak peduli nasib anak bangsa.
Diakui banyak survey menunjukkan kualitas pendidikan di Indonesia memang masih memprihatinkan dibangdingkan Negara tetangga yang konon dulu belajar dari Indonesia misalnya Malaysia. Perubahan secara holistik memang harus dilakukan oleh pemerintah. Namun sayangnya kebijakan ujian nasional bukan jawaban tepat untuk menaikkan kualitas pendidikan.
Perubahan mengarah keperbaikan sebenarnya sudah dilakukan dengan perubahan kurikulum, diterbitkannya Undang-undang Sisdiknas, meningkatnya alokasi dana pendidikan di APBN serta kebijakan strategis lainnya. Akan tetapi lagi-lagi pemerintah tidak konsisten, misalnya dalam penerapan Kurikulm KBK dan KTSP dikatakan bahwa ranah penilain tidak hanya terletak ranah kognitif akan tetapi juga ranah afektif dan psikomotorik. Pada kenyataannya Ujian nasional hanya menilai ranah kognitif saja.
Selain itu dalam proses penilaian ada beberapa hal yang terabaikan misalnya unsur validitas hal ini berkaitan dengan penggunaan alat ukur, missal jika menilai kompetensi praktik mewarna maka sangat tidak valid jika dengan menggunakan alat ukur tes tulis. Kedua reliabilitas, yang terkait dengan keajegan (konsistensi), ketiga menyeluruh yang mencakup seluru domain kompetensi peserta didik. Keempat berkesinambungan, adanya perencanaan , terus menerus dalam penilaian peserta didik, kelima obyektif dimana dalam penialaian harus adil dalam menerapkan kriteria penilaian. Dan yang terakhir adalah mendidik artinya proses penilaian telah mampu memotivasi siswa untuk berkembang lebih baik.
Perilaku mencontek merupakan benih dari penyakit mental yang tidak jujur dan curang hal ini dikawatirkan akan tumbuh kembang menjadi perilaku korup. Penilaian hasil belajar melalui UNAS, UASBN hanya memperhatikan aspek penilaian ekternal saja yang dilakukan Badan Nasional Standarisasi Pendidikan, hal ini sangat menafikan proses penilaian internal. Gurulah yang paling berhak memberikan nilai (internal assessment). Karena gurulah yang paling tahu tingkat pencapaian dan potensi muridnya bukan BNSP.
Melihat budaya mencontek telah berlangsung di segala level pendidikan maka dapat dikategorikan penyakit sosial. Yang sesegera mungkin dilakukan pencegahan secara kolektif antara pemerintah, penyelenggara pendidikan para murid dan orang tua dalam menciptakan pendidikan yang fair. Jika budaya mencontek ini dibiarkan berlarut maka dikemudian hari akan menghasilkan sebuah generasi yang follower, meniru. Cita-cita kemandirian bangsa agaknya masih menjadi persoalan besar, jika sistim ujian akhir nasional selama ini berlangsung berkontribusi penciptaan generasi curang dan tidak mandiri.
Budaya mencontek secara jangka panjang akan menanamkan perilaku dependen, ketergantungan sehingga generasi penerus tidak memiliki daya saing yang kuat ditengah persaingan global. Akankah kita selalu dijajah oleh asing dalam bernagai hal ?. Sudah saatnya kita bangkit dari budaya mencontek, memaknai 100 tahun usia kebangkitan nasional berarti bangkit dari penyakit social berupa perilaku mencontek. Seperti apa yang disampaikan Presiden SBY pada saat peringatan 100 tahun kebangkitan nasional bahwa ada tiga faktor penting yang perlu ditegaskan dalam kebangkitan nasional yaitu kemandirian, daya saing dan peradaban.
Oleh :
M. Fadeli
Dosen Komunikasi Fisip Ubhara Surabaya
cak_deli@yahoo.co.id
Salah satu indikator penyimpangan pelaksanaan ujian akhir proses pembelajaran pada level SD/MI, SMP/MTs, hingga SMA/MA/SMK adalah pertama dilatarbelakangi sebuah sistim evaluasi yang hanya bermuatan kognitif. Kedua pengangungan nilai-nilai ijazah ukuran keberhasilan dalam proses pembelajaran hanya tertumpu pada angka-angka. Dan ketiga adanya stigma di masyarakat bahwa seseorang dikatakan cerdas, pintar jika nilai-nilai raport, ijazahnya tinggi. Oleh karena itu para pengajar, murid bahkan orang tua berlomba-lomba mengupayakan bagaimana anaknya memperoleh nilai tinggi.
Aktifitas menyimpang dalam proses ujian akhir adalah mencontek. Mencontek di tengah masyarakat kita sudah sangat populer, mulai dari pelajar SD, SMP, hingga SMA atau bahkan Perguruan tinggi. Beberapa farian mencontek kita kenal dari yang tersembunyi hingga yang blak-blakan misalnya membuat catatan kecil, melirik pekerjaan teman,tukar menukar jawaban bahkan di era teknologi ini mencontek melalui SMS antar Handphone. Dalam praktek sehari-hari mencontek seakan-akan menjadi sesuatu yang lumrah padahal perbuatan menyontek mendidik perilaku tidak fair. Dikawatirkan sikap mencontek oleh para pelajar dikemudian hari merembes pada sikap tidak mandiri, plagiat, copy paste, menjiplak karya orang dan lain-lain.
Berkaca pada pelaksanaan Ujian Nasional (UNAS) SMP, SMA yang konon merupakan alat ukur peningkatan pendidikan di Indonesia dari tahun ke tahun masih diliputi bau tak sedap kecurangan, baik dilakukan oknum antar murid, oknum guru atau bantuan joki. Setiap tahun selalu ada saja pemberitaan di media massa aksi curang dalam pelaksanaan UNAS. Jika mau jujur pelaksanaan UNAS SMA, SMP yang telah dilaksanakan syarat dengan aksi contek – mencontek yang terselubung.
Indikasi kecurangan dalam pelaksanaan UNAS SMP maupun SMA sebenarnya bukan menjadi rahasia umum lagi, setiap tahun selalu terjadi sepertinya sudah menjadi bahaya “laten”. Menjalar diantara elemen penyelenggara UNAS baik pada lefel pengambil kebijakan hingga pelaksana di lapangan bersinergi agar siswanya lulus 100 persen. Bahkan lebih ekstrim lagi semakin tinggi standart kelulusan semakin tinggi pula angka kecurangan. Jika hal ini berlangsung terus apakah pemerintah masih ngotot menyelenggarakan UNAS, apakah tidak hanya buang-buang duit saja ?.
Bahkan pelaksanaan Ujian Akhir Sekolah Berstandart Nasional (UASBN) bagi siswa SD/MI yang nota bene tidak menentukan kelulusanpun masih diwarnai aksi kecurangan. Seperti yang ditemukan di salah satu sekolahan di kecamatan Bulak Surabaya, dimana telah diketemukan kunci jawaban mata pelajaran Matematika (surya/14/5).
Faktor pendewaan nilai oleh murid, para guru, orang tua maupun masyarakat pada umumnya menyebabkan meningkatnya praktek menyontek. Ironisnya jika ada siswa yang tidak membantu memberikan contekan malah dikucilkan dan jika ada guru yang tidak menfasilitasi aksi percontekan malah dianggap tidak peduli nasib anak bangsa.
Diakui banyak survey menunjukkan kualitas pendidikan di Indonesia memang masih memprihatinkan dibangdingkan Negara tetangga yang konon dulu belajar dari Indonesia misalnya Malaysia. Perubahan secara holistik memang harus dilakukan oleh pemerintah. Namun sayangnya kebijakan ujian nasional bukan jawaban tepat untuk menaikkan kualitas pendidikan.
Perubahan mengarah keperbaikan sebenarnya sudah dilakukan dengan perubahan kurikulum, diterbitkannya Undang-undang Sisdiknas, meningkatnya alokasi dana pendidikan di APBN serta kebijakan strategis lainnya. Akan tetapi lagi-lagi pemerintah tidak konsisten, misalnya dalam penerapan Kurikulm KBK dan KTSP dikatakan bahwa ranah penilain tidak hanya terletak ranah kognitif akan tetapi juga ranah afektif dan psikomotorik. Pada kenyataannya Ujian nasional hanya menilai ranah kognitif saja.
Selain itu dalam proses penilaian ada beberapa hal yang terabaikan misalnya unsur validitas hal ini berkaitan dengan penggunaan alat ukur, missal jika menilai kompetensi praktik mewarna maka sangat tidak valid jika dengan menggunakan alat ukur tes tulis. Kedua reliabilitas, yang terkait dengan keajegan (konsistensi), ketiga menyeluruh yang mencakup seluru domain kompetensi peserta didik. Keempat berkesinambungan, adanya perencanaan , terus menerus dalam penilaian peserta didik, kelima obyektif dimana dalam penialaian harus adil dalam menerapkan kriteria penilaian. Dan yang terakhir adalah mendidik artinya proses penilaian telah mampu memotivasi siswa untuk berkembang lebih baik.
Perilaku mencontek merupakan benih dari penyakit mental yang tidak jujur dan curang hal ini dikawatirkan akan tumbuh kembang menjadi perilaku korup. Penilaian hasil belajar melalui UNAS, UASBN hanya memperhatikan aspek penilaian ekternal saja yang dilakukan Badan Nasional Standarisasi Pendidikan, hal ini sangat menafikan proses penilaian internal. Gurulah yang paling berhak memberikan nilai (internal assessment). Karena gurulah yang paling tahu tingkat pencapaian dan potensi muridnya bukan BNSP.
Melihat budaya mencontek telah berlangsung di segala level pendidikan maka dapat dikategorikan penyakit sosial. Yang sesegera mungkin dilakukan pencegahan secara kolektif antara pemerintah, penyelenggara pendidikan para murid dan orang tua dalam menciptakan pendidikan yang fair. Jika budaya mencontek ini dibiarkan berlarut maka dikemudian hari akan menghasilkan sebuah generasi yang follower, meniru. Cita-cita kemandirian bangsa agaknya masih menjadi persoalan besar, jika sistim ujian akhir nasional selama ini berlangsung berkontribusi penciptaan generasi curang dan tidak mandiri.
Budaya mencontek secara jangka panjang akan menanamkan perilaku dependen, ketergantungan sehingga generasi penerus tidak memiliki daya saing yang kuat ditengah persaingan global. Akankah kita selalu dijajah oleh asing dalam bernagai hal ?. Sudah saatnya kita bangkit dari budaya mencontek, memaknai 100 tahun usia kebangkitan nasional berarti bangkit dari penyakit social berupa perilaku mencontek. Seperti apa yang disampaikan Presiden SBY pada saat peringatan 100 tahun kebangkitan nasional bahwa ada tiga faktor penting yang perlu ditegaskan dalam kebangkitan nasional yaitu kemandirian, daya saing dan peradaban.
Disain Grafis
BAHAN KULIAH DISAIN GRAFIS
Desain grafis adalah suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan teks dan atau gambar untuk menyampaikan informasi atau pesan. Seni desain grafis mencakup kemampuan kognitif dan keterampilan termasuk tipografi, pengolahan gambar, dan page layout. Desainer grafis menata tampilan huruf dan ruang komposisi untuk menciptakan sebuah rancangan yang efektif dan komunikatif. Desain grafis melingkupi segala bidang yang membutuhkan penerjemahan bahasa verbal menjadi perancangan secara visual terhadap teks dan gambar pada berbagai media publikasi guna menyampaikan pesan-pesan kepada komunikan seefektif mungkin.
Desain grafis diterapkan dalam desain komunikasi dan fine art. Seperti jenis komunikasi lainnya, desain grafis dapat merujuk kepada proses pembuatan (mendesain) atau pun produk yang dihasilkan (desain/rancangan). Desain grafis pada awalnya diterapkan untuk media-media statis, seperti buku, majalah, dan brosur. Sebagai tambahan, sejalan dengan perkembangan zaman, desain grafis juga diterapkan dalam media elektronik - yang sering kali disebut sebagai "desain interaktif" (interactive design), atau "desain multimedia" (multimedia design')
Prinsip dan unsur desain
Unsur dalam desain grafis sama seperti unsur dasar dalam disiplin desain lainnya. Unsur-unsur tersebut (termasuk shape, bentuk (form), tekstur, garis, ruang, dan warna) membentuk prinsip-prinsip dasar desain visual. Prinsip-prinsip tersebut, seperti keseimbangan (balance), ritme (rhythm), tekanan (emphasis), proporsi ("proportion") dan kesatuan (unity), kemudian membentuk aspek struktural komposisi yang lebih luas.
Peralatan desain grafis
Peralatan yang digunakan oleh desainer grafis adalah akal, mata, tangan, alat-alat tradisional (seperti pensil atau tinta), dan komputer. Sebuah konsep atau ide biasanya tidak dianggap sebagai sebuah desain sebelum direalisasikan atau dinyatakan dalam bentuk visual. Bagaimanapun, alat yang paling penting dan paling diperlukan dalam desain adalah akal. Pikiran yang kritis, observasional, kuantitif, dan analitik juga dibutuhkan untuk merancang dan merealisasikan ide tersebut. Pikiran yang kritis, observasional, kuantitatif dan analitik juga diperlukan untuk mengkomposisi sebuah desain.
Apabila sang pendesain hanya mengikuti sketsa, naskah atau instruksi (yang mungkin disediakan oleh sutradara kreatif) maka tidak bisa disebut sebagai desainer. Mata dan tangan sering dibantu dengan penggunaan alat tradisional atau fitur edit gambar digital. Pemilihan cara mengungkapkan ide yang tepat juga merupakan ketrampilan kunci dalam karya desain grafis, dan merupakan faktor penentu dalam perwujudan visualnya.
Pada pertengahan 1980, kedatangan desktop publishing serta pengenalan sejumlah aplikasi perangkat lunak grafis memperkenalkan satu generasi desainer pada manipulasi image dengan komputer dan penciptaan image 3D yang sebelumnya adalah merupakan kerja yang susah payah. Desain grafis dengan komputer memungkinkan perancang (desainer) untuk melihat efek dari layout atau perubahan tipografi dengan seketika tanpa menggunakan tinta atau pena, atau untuk mensimulasikan efek dari media tradisional tanpa perlu menuntut banyak ruang.
Pada umumnya komputer dianggap sebagai alat yang sangat diperlukan dalam industri desain grafis. Komputer dan aplikasi perangkat lunak umumnya dipandang, oleh para profesional kreatif, sebagai alat produksi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan metode tradisional. Akan tetapi, beberapa perancang grafis melanjutkan penggunaan alat manual dan tradisional dalam berkarya, seperti misalnya Milton Glaser
Ada perdebatan mengenai apakah komputer meningkatkan proses kreatif dalam desain grafis. Produksi yang cepat dari komputer memungkinkan para perancang grafis untuk mengeksplorasi banyak ide secara cepat dan lebih detail dari yang bisa dicapai dengan kerja goresan tangan atau potong-tempel pada kertas. Akan tetapi, dihadapkan pada pilihan yang tak terbatas semacam ini kadangkala tidak menghasilkan solusi desain yang terbaik dan kadang hanya membuat berputar-putar tanpa hasil yang jelas
Ide-ide baru seringkali datang dengan uji coba pada alat dan metode, baik itu media tradisional maupun digital. Beberapa perancang grafis profesional mengeksplorasi ide menggunakan pensil di atas kertas untuk menghindari keterbatasan komputer, memungkinkan mereka berpikir di luar kotak. Beberapa ide kreatif dari desain grafis diawali serta dikembangkan bahkan sampai mendekati hasil akhir dalam pikiran, sebelum diterapkan baik dengan metode tradisional maupun komputer. Ada juga yang pembentukan visualisasi terbantu dengan penggunaan komputer dengan kemampuan pembuatan gambar yang kompleks dan cepat.
Seorang perancang grafis bisa juga menggunakan sketsa untuk mengeksplorasi ide-ide yang kompleks secara cepat tanpa pecah konsentrasi karena masalah teknis dari perangkat lunak komputer. "Comp" ( istilah dalam desain grafis yang merujuk pada rancangan awal untuk diajukan pada klien, kependekan dari comprehensive layout), buatan tangan seringkali dipakai untuk mendapatkan persetujuan dari sebuah ide desain grafis. Sketsa yang berupa thumbnail atau coretan-coretan rancangan kasar pada kertas bisa juga digunakan untuk menghasilkan ide dalam sebuah proses hybrida (gabungan antara penggunaan komputer dan goresan tangan). Proses hybrida semacam ini khususnya berguna pada pembuatan desain logo di mana masalah teknis dari perangkat lunak seringkali memecahkan konsentrasi. Proses hybrida juga dipakai untuk membebaskan kreativitas seseorang dalam pembuatan layout halaman atau pengembangan image. Seorang perancang grafis tradisional bisa juga mempekerjakan seniman produksi (production artist) yang mahir menggunakan komputer untuk mewujudkan ide dari sketsa yang dibuatnya.
Beberapa Software Dalam Desain Grafis
________________________________________
Perkembangan software tentunya akan menghasilkan gambar yang mempunyai nilai seni yang tinggi. Hal ini tentunya tidak terlepas dari penggunaan software. Ada beberapa software yang digunakan dalam hal desain grafis antara lain : 1. Adobe Photoshop 2. Adobe Illustrator 3. Adobe After Effect 4. AutoCad 5. Maya 4.5 6. CorelDraw 7. dll Dalam hal ini, untuk menghasilkan suatu gambar yang mempunyai nilai seni tinggi tidak sekedar pengguasaan software itu sendiri tetapi lebih cendrung kepada seni dan kreatifitas serta imajinasi dalam menuangkan ke dalam gambar tersebut
Desain grafis adalah suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan teks dan atau gambar untuk menyampaikan informasi atau pesan. Seni desain grafis mencakup kemampuan kognitif dan keterampilan termasuk tipografi, pengolahan gambar, dan page layout. Desainer grafis menata tampilan huruf dan ruang komposisi untuk menciptakan sebuah rancangan yang efektif dan komunikatif. Desain grafis melingkupi segala bidang yang membutuhkan penerjemahan bahasa verbal menjadi perancangan secara visual terhadap teks dan gambar pada berbagai media publikasi guna menyampaikan pesan-pesan kepada komunikan seefektif mungkin.
Desain grafis diterapkan dalam desain komunikasi dan fine art. Seperti jenis komunikasi lainnya, desain grafis dapat merujuk kepada proses pembuatan (mendesain) atau pun produk yang dihasilkan (desain/rancangan). Desain grafis pada awalnya diterapkan untuk media-media statis, seperti buku, majalah, dan brosur. Sebagai tambahan, sejalan dengan perkembangan zaman, desain grafis juga diterapkan dalam media elektronik - yang sering kali disebut sebagai "desain interaktif" (interactive design), atau "desain multimedia" (multimedia design')
Prinsip dan unsur desain
Unsur dalam desain grafis sama seperti unsur dasar dalam disiplin desain lainnya. Unsur-unsur tersebut (termasuk shape, bentuk (form), tekstur, garis, ruang, dan warna) membentuk prinsip-prinsip dasar desain visual. Prinsip-prinsip tersebut, seperti keseimbangan (balance), ritme (rhythm), tekanan (emphasis), proporsi ("proportion") dan kesatuan (unity), kemudian membentuk aspek struktural komposisi yang lebih luas.
Peralatan desain grafis
Peralatan yang digunakan oleh desainer grafis adalah akal, mata, tangan, alat-alat tradisional (seperti pensil atau tinta), dan komputer. Sebuah konsep atau ide biasanya tidak dianggap sebagai sebuah desain sebelum direalisasikan atau dinyatakan dalam bentuk visual. Bagaimanapun, alat yang paling penting dan paling diperlukan dalam desain adalah akal. Pikiran yang kritis, observasional, kuantitif, dan analitik juga dibutuhkan untuk merancang dan merealisasikan ide tersebut. Pikiran yang kritis, observasional, kuantitatif dan analitik juga diperlukan untuk mengkomposisi sebuah desain.
Apabila sang pendesain hanya mengikuti sketsa, naskah atau instruksi (yang mungkin disediakan oleh sutradara kreatif) maka tidak bisa disebut sebagai desainer. Mata dan tangan sering dibantu dengan penggunaan alat tradisional atau fitur edit gambar digital. Pemilihan cara mengungkapkan ide yang tepat juga merupakan ketrampilan kunci dalam karya desain grafis, dan merupakan faktor penentu dalam perwujudan visualnya.
Pada pertengahan 1980, kedatangan desktop publishing serta pengenalan sejumlah aplikasi perangkat lunak grafis memperkenalkan satu generasi desainer pada manipulasi image dengan komputer dan penciptaan image 3D yang sebelumnya adalah merupakan kerja yang susah payah. Desain grafis dengan komputer memungkinkan perancang (desainer) untuk melihat efek dari layout atau perubahan tipografi dengan seketika tanpa menggunakan tinta atau pena, atau untuk mensimulasikan efek dari media tradisional tanpa perlu menuntut banyak ruang.
Pada umumnya komputer dianggap sebagai alat yang sangat diperlukan dalam industri desain grafis. Komputer dan aplikasi perangkat lunak umumnya dipandang, oleh para profesional kreatif, sebagai alat produksi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan metode tradisional. Akan tetapi, beberapa perancang grafis melanjutkan penggunaan alat manual dan tradisional dalam berkarya, seperti misalnya Milton Glaser
Ada perdebatan mengenai apakah komputer meningkatkan proses kreatif dalam desain grafis. Produksi yang cepat dari komputer memungkinkan para perancang grafis untuk mengeksplorasi banyak ide secara cepat dan lebih detail dari yang bisa dicapai dengan kerja goresan tangan atau potong-tempel pada kertas. Akan tetapi, dihadapkan pada pilihan yang tak terbatas semacam ini kadangkala tidak menghasilkan solusi desain yang terbaik dan kadang hanya membuat berputar-putar tanpa hasil yang jelas
Ide-ide baru seringkali datang dengan uji coba pada alat dan metode, baik itu media tradisional maupun digital. Beberapa perancang grafis profesional mengeksplorasi ide menggunakan pensil di atas kertas untuk menghindari keterbatasan komputer, memungkinkan mereka berpikir di luar kotak. Beberapa ide kreatif dari desain grafis diawali serta dikembangkan bahkan sampai mendekati hasil akhir dalam pikiran, sebelum diterapkan baik dengan metode tradisional maupun komputer. Ada juga yang pembentukan visualisasi terbantu dengan penggunaan komputer dengan kemampuan pembuatan gambar yang kompleks dan cepat.
Seorang perancang grafis bisa juga menggunakan sketsa untuk mengeksplorasi ide-ide yang kompleks secara cepat tanpa pecah konsentrasi karena masalah teknis dari perangkat lunak komputer. "Comp" ( istilah dalam desain grafis yang merujuk pada rancangan awal untuk diajukan pada klien, kependekan dari comprehensive layout), buatan tangan seringkali dipakai untuk mendapatkan persetujuan dari sebuah ide desain grafis. Sketsa yang berupa thumbnail atau coretan-coretan rancangan kasar pada kertas bisa juga digunakan untuk menghasilkan ide dalam sebuah proses hybrida (gabungan antara penggunaan komputer dan goresan tangan). Proses hybrida semacam ini khususnya berguna pada pembuatan desain logo di mana masalah teknis dari perangkat lunak seringkali memecahkan konsentrasi. Proses hybrida juga dipakai untuk membebaskan kreativitas seseorang dalam pembuatan layout halaman atau pengembangan image. Seorang perancang grafis tradisional bisa juga mempekerjakan seniman produksi (production artist) yang mahir menggunakan komputer untuk mewujudkan ide dari sketsa yang dibuatnya.
Beberapa Software Dalam Desain Grafis
________________________________________
Perkembangan software tentunya akan menghasilkan gambar yang mempunyai nilai seni yang tinggi. Hal ini tentunya tidak terlepas dari penggunaan software. Ada beberapa software yang digunakan dalam hal desain grafis antara lain : 1. Adobe Photoshop 2. Adobe Illustrator 3. Adobe After Effect 4. AutoCad 5. Maya 4.5 6. CorelDraw 7. dll Dalam hal ini, untuk menghasilkan suatu gambar yang mempunyai nilai seni tinggi tidak sekedar pengguasaan software itu sendiri tetapi lebih cendrung kepada seni dan kreatifitas serta imajinasi dalam menuangkan ke dalam gambar tersebut
etika Filsafat Komunikasi
Komunikasi..Pengertian dan Hakikatnya
Dewasa ini Ilmu Komunikasi dianggap sangat penting, Mengapa…???
Sehubungan dengan dampak sosial yang menjadi kendala bagi kemaslahatan umat manusia akibat perkembangan teknologi
Karena Apa…?
Dengan Alasan, bahwa :
Ilmu Komunikasi, apabila diaplikasikan secara benar akan mampu mencegah dan menghilangkan konflik antarpribadi, antarkelompok, antarsuku, antarbangsa, dan antarras, membina kesatuan dan persatuan umat manusia penghuni bumi. Pentingnya studi komunikasi karena permasalahan-permasalahan yang timbul akibat komunikasi (akibat perbedaan-perbedaan diantara manusia yang banyak dalam pikirannya, perasaannya, kebutuhannya, keinginannya, sifatnya, tabiatnya, pandangan hidupnya, kepercayaannya, aspirasinya, dsb
Hakikat Komunikasi, adalah :
Proses pernyataan antarmanusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya
Tegasnya;
Komunikasi berarti penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan, jika dianalisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek:
Pertama, Isi Pesan (the content of the massage)
Kedua, Lambang (symbol)
Konkritnya Isi Pesan itu adalah Pikiran atau Perasaan, Lambang adalah Bahasa.
Semakin peliknya antar manusia dan semakin pentingnya studi terhadap komunikasi, disebabkan Teknologi (khususnya teknologi komunikasi yang semakin canggih).
Mengapa harus serius untuk dipelajari, Karena;
Jika seseorang ‘Salah Komunikasinya’ (miscommunication), maka orang yang dijadikan sasaran mengalami;
Salah Persepsi’ (misperception), yang gilirannya
Salah Interpretasi’ (misinterpretation), berikutnya
Salah Pengertian’ (misunderstanding). Dalam hal tertentu menimbulkan;
Salah Perilaku (misbehavior), dapat dibayangkan apabila komunikasinya berlangsung skala nasional atau internasional, bisa fatal.
Apa sebenarnya Komunikasi itu ?
Secara etimologis dari perkataan latin “communicatio”, istilah ini bersumber dari perkataan “communis” artinya ‘sama’, maksudnya ‘sama makna atau sama arti’. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan.
Jika terjadi kesamaan makna antar kedua aktor komunikasi, maka komunikasi tidak terjadi, rumusan lain ‘situasi tidak komunikatif’.
Etika, Nilai dan Norma
Dua Macam Etika yang Berkaitan Dengan Nilai dan Norma :
Pertama, Etika Deskriptif;
Berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan pola prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai.
Etika Deskriptif berbicara mengenai fakta apa adanya, yaitu mengenai nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas konkrit yang membudaya. Ia berbicara mengenai kenyataan penghayatan nilai, tanpa menilai, dalam suatu masyarakat, tentang sikap orang dalam menghadapi hidup ini, dan tentang kondisi-kondisi yang memungkinkan manusia bertindak secara etis.
Kedua, Etika Normatif;
Berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia, atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia, dan apa tindakan yang seharusnya diambil untuk mencapai apa yang bernilai dalam hidup ini.
Etika Normatif berbicara mengenai norma-norma yang menuntun tingkah laku manusia, serta memberi penilaian dan himbauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-norma. Ia menghimbau manusia untuk bertindak yang baik dan menghindari yang jelek.
Bedanya dari kedua macam etika :
Etika Deskriptif memberi fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku atau sikap yang mau diambil.
Sedangkan Etika Normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
Jadi dapat dikatakan bahwa etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini.
• Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang mau kita lakukan dalam situasi tertentu dalam hidup kita sehari-hari.
• Etika membantu kita untuk membuat pilihan, pilihan nilai yang terjelma dalam sikap dan perilaku kita yang sangat mewarnai dan menentukan makna kehidupan kita.
Dewasa ini Ilmu Komunikasi dianggap sangat penting, Mengapa…???
Sehubungan dengan dampak sosial yang menjadi kendala bagi kemaslahatan umat manusia akibat perkembangan teknologi
Karena Apa…?
Dengan Alasan, bahwa :
Ilmu Komunikasi, apabila diaplikasikan secara benar akan mampu mencegah dan menghilangkan konflik antarpribadi, antarkelompok, antarsuku, antarbangsa, dan antarras, membina kesatuan dan persatuan umat manusia penghuni bumi. Pentingnya studi komunikasi karena permasalahan-permasalahan yang timbul akibat komunikasi (akibat perbedaan-perbedaan diantara manusia yang banyak dalam pikirannya, perasaannya, kebutuhannya, keinginannya, sifatnya, tabiatnya, pandangan hidupnya, kepercayaannya, aspirasinya, dsb
Hakikat Komunikasi, adalah :
Proses pernyataan antarmanusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya
Tegasnya;
Komunikasi berarti penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan, jika dianalisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek:
Pertama, Isi Pesan (the content of the massage)
Kedua, Lambang (symbol)
Konkritnya Isi Pesan itu adalah Pikiran atau Perasaan, Lambang adalah Bahasa.
Semakin peliknya antar manusia dan semakin pentingnya studi terhadap komunikasi, disebabkan Teknologi (khususnya teknologi komunikasi yang semakin canggih).
Mengapa harus serius untuk dipelajari, Karena;
Jika seseorang ‘Salah Komunikasinya’ (miscommunication), maka orang yang dijadikan sasaran mengalami;
Salah Persepsi’ (misperception), yang gilirannya
Salah Interpretasi’ (misinterpretation), berikutnya
Salah Pengertian’ (misunderstanding). Dalam hal tertentu menimbulkan;
Salah Perilaku (misbehavior), dapat dibayangkan apabila komunikasinya berlangsung skala nasional atau internasional, bisa fatal.
Apa sebenarnya Komunikasi itu ?
Secara etimologis dari perkataan latin “communicatio”, istilah ini bersumber dari perkataan “communis” artinya ‘sama’, maksudnya ‘sama makna atau sama arti’. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan.
Jika terjadi kesamaan makna antar kedua aktor komunikasi, maka komunikasi tidak terjadi, rumusan lain ‘situasi tidak komunikatif’.
Etika, Nilai dan Norma
Dua Macam Etika yang Berkaitan Dengan Nilai dan Norma :
Pertama, Etika Deskriptif;
Berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan pola prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai.
Etika Deskriptif berbicara mengenai fakta apa adanya, yaitu mengenai nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas konkrit yang membudaya. Ia berbicara mengenai kenyataan penghayatan nilai, tanpa menilai, dalam suatu masyarakat, tentang sikap orang dalam menghadapi hidup ini, dan tentang kondisi-kondisi yang memungkinkan manusia bertindak secara etis.
Kedua, Etika Normatif;
Berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia, atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia, dan apa tindakan yang seharusnya diambil untuk mencapai apa yang bernilai dalam hidup ini.
Etika Normatif berbicara mengenai norma-norma yang menuntun tingkah laku manusia, serta memberi penilaian dan himbauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-norma. Ia menghimbau manusia untuk bertindak yang baik dan menghindari yang jelek.
Bedanya dari kedua macam etika :
Etika Deskriptif memberi fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku atau sikap yang mau diambil.
Sedangkan Etika Normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
Jadi dapat dikatakan bahwa etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini.
• Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang mau kita lakukan dalam situasi tertentu dalam hidup kita sehari-hari.
• Etika membantu kita untuk membuat pilihan, pilihan nilai yang terjelma dalam sikap dan perilaku kita yang sangat mewarnai dan menentukan makna kehidupan kita.
Sabtu, 17 Mei 2008
Langganan:
Postingan (Atom)