Pelestarian Sumber Air Melalui Konservasi Bambu
Berangkat
dari sebuah kepedulian terhadap merosotnya
nilai-nilai manfaat alam,
degradasi fungsi hutan membangkitkan rasa prihatin. Nilai
manfaat dari kawasan konservasi sangat beragam, mulai dari manfaat langsung
maupun tidak langsung. Manfaat untuk kepentingan ilmu pengetahuan sangat besar, seperti riset
obat-obatan, sumber pangan baru, biologi ekologi, iklim, farmakologi
etnobotani, hama dan penyakit, sumber daya genetik flora fauna untuk generasi mendatang,
teknologi penangkaran, dan lain sebagainya.
Dari semua peran yang disandang oleh kawasan konservasi
”air” merupakan manfaat nyata yang sangat penting, baik untuk konsumsi
masyarakat langsung, pengairan sawah dan sebagainya. Kawasan konservasi
merupakan ”pabrik air”.
Desa
Kembangbelor memiliki karakteristik daerahnya merupakan wilayah yang berbatasan
dengan kawasan suaka alam maupun
kawasan pelestarian alam, baik sebagai kawasan hutan lain, tanah negara maupun tanah yang dibebani hak, yang
diperlukan dan mampu menjaga keutuhan suaka
alam dan kawasan pelestarian alam. Di dalam kawasan konservasi tersebut
terdapat sumber air “Jubel” dan Sumber “Ngasat” yang mengaliri wilayah
kecamatan Pacet, dimanfaatkan diwilayah kabupaten Mojokerto bahkan konon dulu
pernah mengalir sampai Surabaya. Sejak era reformasi tahun 1998 terjadi
perambahan hutan secara besar-besaran oleh penduduk. Akibatnya kini banyak
kawasan konservasi yang terbuka, 65 % tanaman pokok hilang. Akibat berikutnya
dalah setiap tahun dimusim kemarau debit air menurun.
Sebagai
desa yang terletak di kawasan penyangga konservasi Desa Kembangbelor mempunyai
fungsi yang sangat penting, yaitu bagaimana
mengurangi tekanan penduduk
ke dalam kawasan pelestarian dan suaka alam. memberikan kegiatan ekonomi masyarakat dan merupakan kawasan
yang memungkinkan adanya interaksi
manfaat secara berkelanjutan bagi masyarakat dengan kawasan konservasi.
Untuk
mewujudkan penyelamatan sumber air di Desa Kembangbelor dilakukan dengan
menanam bambo di kawasan penyangga kususnya di areal kemiringan dan daerah
aliran sungai. Mengapa harus dengan konservasi bambo ?, karena bamboo memiliki
nilai manfaat yang luar biasa diantaranya akarnya yang kuat untuk menahan laju erosi pada tebing sungai
dan lereng gunung sehingga menghindari longsor, Sebagai media
penyimpan air yang baik sehingga dapat menjaga kelangsungan sumber air, 35% lebih banyak menghasilkan O2 dibandingkan dengan
tanaman lain.
Oleh karena itu
pembangunan kawasan konservasi hutan bambu, di daerah penyangga, diharapkan
menambah nilai manfaat terhadap stabilitas lahan maupun manfaat ekonomi. Untuk
mewujudkan hal tersebut melalui Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan
Masyarakat (KKN-PPM) Ubhara Surabaya bertujuan untuk memberdayakan masyarakat
sekitar kawasan penyangga konservasi, agar masyarakat memiliki kepedulian dan
partisipasi aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan konservasi bambu.
Oleh : M.Fadeli
Peraih Hibah KKN-PPM Dirjen Dikti Kemendikbud 2012